• Posted by : Wildan Zain Senin, 28 November 2016

    "Kamera Digital"

    penulis: Anonymous

    cr: creepysoldier.blogspot.com

    #####

         Salah satu kerabatku meninggal secara tiba-tiba. Aku tidak pernah bertemu dengan wanita itu. Dia memiliki seorang anak perempuan yang masin berumur empat tahun. Nama gadis kecil itu adalah Yuki. Karena ayahnya tidak bisa membesarkan anaknya seorang diri, ia meminta bibi saya untuk merawatnya.

         Yuki tidak pernah ingin ditinggalkan sendiri oleh bibiku sehingga ia selalu berada di sisinya, dan kemudian hal ini menjadi sebuah masalah. Bibi-ku tidak pernah bisa pergi kemana-mana tanpa Yuki. Dia terus menerus selalu membutuhkan perhatian. Bahkan anak perempuan bibiku mulai merasa cemburu karenanya.

         Suatu hari, bibiku mengatakan kepadaku jika ia harus pergi keluar kota selama beberapa hari, dan ia bertanya kepadaku apakah aku bisa mengasuh seorang gadis keci untuknya. Dan kemudian aku menjawab dengan senang hati. Aku tinggal sendirian dan aku bisa melakukannya dengan seseorang.

         Beberapa hari kemudian, bibiku mengantar Yuki ke apartemenku. Saat ia pergi, dia menyuruh Yuki untuk tinggal bersamaku, dan kemudian bibiku berkata kepadanya "Yuki, tolong jadi anak yang berperilaku baik, yah".

         Ketika bibiku pergi, aku mencoba berbicara dengan Yuki dan memainkan beberapa video game bersamanya, tapi perilaku gadis kecil itu sangatlah aneh. Dia punya boneka beruang terselip di lengannya dan tidak pernah melepaskan boneka itu. Dia tidak pernah tersenyum. Dia tidak pernah berbicara. Semua yang dia lakukan hanyalah duduk dan diam, disudut sambil menatap dinding. Hal itu membuat diriku merasa tidak nyaman.

         Aku mencoba mencari sesuatu untuk membuat dirinya terhibur. Aku baru saja membeli kamera digital baru dan aku memutuskan untuk membiarkannya memainkan kamera digitalku tetapi yang lama. Ketika dia melihat kamera, matanya menyala. Aku menunjukkan kepadanya bagaimana cara untuk menggunakannya dan ia kemudian pergi berkeliling apartemenku dan memotretnya. Ada senyum cerah di wajahnya.

         Malam itu, aku mengetahui seberapa sulitnya untuk mengurus Yuki. Setiap kali aku mencoba untuk meninggalkan ruangan, dia mulai menangis dan memanggil-manggil namaku. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian atau dia akan membuat keributan yang sangat besar. Dia bahkan bersikeras pergi ke kamar mandi denganku, yang mana hal itu sangat memalukan.

         Saat waktunya tidur, ia menolak tidur sendirian di kamar lain di apartemenku dan bersikeras ingin tidur di kamarku. Aku membacakannya dongeng sebelum tidur dan setelah beberapa saat, aku berhasil membuatnya tertidur. Saat itulah aku bisa melihat beruang teddynya. Salah satu kaki boneka itu hangus dan menghitam, seolah-olah habis terbakar, itu membuat diriku bertanya-tanya.

         Saat tengah malam, aku dibangunkan oleh suara yang aneh. Ketika aku berbalik, aku melihat bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Tubuh gadis itu teru menerus gemetar, matanya terbuka lebar, giginya seperti menggigil, dan air mata mengalir di pipinya. Aku memeluknya erat-erta dan bertanya ada apa.

         "Dia memandangiku lagi," Dia menggumamkan.

         "Siapa yang kau maksud?" Aku berkata sambil terkejut.

         "The dark woman - wanita hitam," Jawab Yuki.

         Dia tidak berkata apapun lagi. Aku mencoba memberitahunya bahwa itu hanyalah imajinasinya saja, tetapi dia terus menggelengkan kepalanya dan terus gemetar. Butuh waktu yang sangat lama untuk menidurkannya lagi

         Keesokan harinya, ia kembali normal. Ia sangat suka bermain dengan kamera digital milikku. Saat waktunya untuk pulang, aku memberitahunya bahwa dia boleh mengambilnya. Yuki memelukku. Meskipun dia tidak berkata apa-apa, aku tahu bahwa dia sangat gembira.

         Aku mengantarkan Yuki, kerumah bibiku, dan kemudian tinggal sejenak untuk meminum teh. Bibiku berterima kasih kepadaku karena mau menjaga Yuki untuk dirinya, kemudia kami mengobrol di meja makan.

         "Gadis kecil yang malang," kata bibiku. "Dia tidak pernah mengatakan sepatah katapun semenjak ibunya meninggal.”
    Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku. “Bagaimana bisa ibu Yuki meninggal?” tanyaku.
    Wajah bibiku berubah menjadi aneh. “Ia tewas terpanggang.”
    “Bagaimana api tersebut muncul?” tanyaku lagi.
    “Begini...” bibiku terlihat ragu, tidak berniat membicarakan hal tersebut. “Itu adalah cerita yang sangat menyedihkan. Ibu Yuki melakukan bunuh diri. Ia hidup dalam kesulitan. Ia menuangkan bensin ke sekujur tubuhnya dan mulai menyalakan api, membakar dirinya sendiri hidup-hidup.”
    “Astaga!” aku berseru. “benar-benar mengerikan!”
    “Ya,” kata bibiku. “keluarganya sangat terkejut, mereka tidak pernah membahas hal tersebut dan berpura-pura bahwa itu adalah kecelakaan. Kami mengadakan sebuah upacara pemakaman kecil tetapi hanya keluarga-keluarda dekat saja yang diundang. Yuki tidak berada di sana saat itu. Dia bahkan tidak tahu kalu ibunya telah meninggal. Dia berpikir kalau ibunya sedang melakukan liburan yang panjang. Kami tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya.”
    “Kasihan Yuki..” gumamku.
    Beberapa hari setelah itu, Yuki meninggal.
    Bibiku berusaha mengubah kebiasaan Yuki. Pada suatu malam, bibiku memaksa Yuki untuk tidur di kamarnya sendiri. Bahkan walaupun Yuki berteriak dan menangis, bibiku tetap meninggalkannya sendirian dan terkunci di dalam kamarnya. Pada pagi harinya, bibiku menemukan Yuki berbaring kaku di atas tempat tidurnya. Gadis kecil yang malang telah meninggal.
    Tidak ada yang mengetahui apa yang telah terjadi. Para koroner tidak dapat menentukan apa penyebab kematian Yuki. Tidak ada tanda-tanda pada tubuhnya. Keadannya benar-benar sehat. Ia telah meninggal secara misterius pada malam hari. Tidak ada penjelasan akan kematian Yuki.
    Setelah upacara pemakaman Yuki, aku kembali ke rumah bibiku. Semua orang merasa sedih. Bibiku mengembalikan kamera digital yang kuberikan kepada Yuki. Aku membawa kamera tersebut pulang. Itu adalah benda untuk mengenang Yuki.
    Kartu memori kamera tersebut telah penuh akan foto-foto yang telah Yuki ambil. Aku melihat-lihat foto tersebut, menyeka air mata yang menetes dari mataku. Ada berbagai foto dari apartmentku, foto dari rumah bibiku, foto bunga-bunga, anjing, mainan, permen... Foto- foto konyol yang diambil anak kecil.
    Kemudian, sampailah aku pada foto terakhir dan itu membuat darahku mendingin.
    Kedua tanganku gemetaran.
    Aku ingin berteriak, tetapi tidak bisa.
    Waktu yang tertera pada foto itu menunjukan bahwa foto tersebut diambil saat malam di mana Yuki tewas.
    Dan ini adalah foto terakhir yang gadis kecil malang itu ambil dengan kamera digitalku:

    More stories? Stay on my blog ^^

    { 1 Komentar... read them below or add one }

  • Copyright © - Nisekoi - All Right Reserved

    Kurossen Blog Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan